Pembumian Al-‘Alaq Sebagai Paradigma Keilmuan Menurut Prof. Dr. Gunawan Budiyanto, M.P., IPM.
Integrasi Keilmuan dan Islam
Integrasi keilmuan dan Islam, meskipun tampak terpisah, sebenarnya memiliki keterkaitan yang erat dan saling melengkapi. Islam menekankan pentingnya ilmu pengetahuan, dan mendorong umatnya untuk mencarinya melalui berbagai sarana. Banyak ilmuwan Muslim sepanjang sejarah memberikan kontribusi besar dalam bidang sains, seperti matematika, astronomi, kedokteran, dan kimia. Misalnya, Al-Khawarizmi yang dikenal sebagai bapak Aljabar dan Ibnu Sina yang menulis Canon of Medicine, memberikan dampak besar terhadap ilmu pengetahuan di dunia.
Islam dan keilmuan modern memiliki tujuan yang serupa, yakni memberikan manfaat bagi umat manusia melalui pengetahuan. Konsep ummah dalam Islam menekankan kolaborasi di antara umat Islam, yang juga menjadi inti dari integrasi antar keilmuan. Kolaborasi antar ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu dapat menghasilkan penemuan baru yang lebih komprehensif dalam memecahkan masalah kompleks.
Islam juga menekankan perlunya menjaga lingkungan dan melestarikan alam. Dalam konteks ini, integrasi keilmuan bisa membantu mengatasi masalah lingkungan, seperti pengembangan energi terbarukan, pertanian berkelanjutan, dan pengurangan polusi. Dengan integrasi ini, ilmu pengetahuan dan agama dapat bekerja sama untuk solusi yang lebih holistik.
Keilmuan Islam yang integratif berupaya menyatukan ajaran agama dengan pengetahuan ilmiah modern, dengan dasar keyakinan bahwa sains dan agama tidak terpisah, melainkan saling melengkapi. Sains integratif Islam berfokus pada pemahaman dunia alam sebagai manifestasi kehendak Tuhan, sebagaimana dijelaskan dalam konsep tauhid. Pengetahuan dianggap sebagai anugerah dari Tuhan, yang harus dicari dengan observasi, eksperimen, serta pemahaman etika yang kuat, termasuk dalam kegiatan ilmiah.
Keilmuan Islam melalui Perintah Membaca
Dalam Islam, sumber pengetahuan berasal dari tiga hal: Al-Qur’an, As-Sunnah, dan alam semesta. Perintah pertama yang diterima Nabi Muhammad saw, yakni Surat Al-Alaq ayat 1-5, mengajarkan pentingnya membaca dan berpikir secara sistematis untuk menemukan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam firman dan ciptaan-Nya. Surah ini tidak hanya mengajarkan membaca teks, tetapi juga mengajak umat Islam untuk melakukan observasi, eksperimen, dan penelitian terhadap alam semesta.
Pendidikan dalam Islam dianggap sebagai kewajiban agama yang mendalam. Proses belajar dan mencari ilmu tidak hanya terbatas pada duniawi, tetapi juga berkaitan erat dengan kehidupan akhirat. Oleh karena itu, paradigma keilmuan yang dibangun haruslah mengintegrasikan antara ilmu agama dan ilmu dunia. Hal ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan harus dihadirkan dalam konteks yang menyeluruh, bukan hanya sekadar transfer pengetahuan tetapi sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Pendidikan dalam Islam tidak mengenal dikotomi antara ilmu agama dan ilmu dunia. Semua bidang ilmu dapat dijalani secara bersamaan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah. Sistem pendidikan Islam lebih menekankan pada hubungan vertikal dengan Tuhan dan horizontal dengan sesama manusia, menciptakan keseimbangan antara dimensi ilahiyah dan insaniyah.
Model Integrasi di Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi memiliki peran penting dalam memajukan ilmu pengetahuan dan mencetak generasi yang cerdas, terampil, dan berintegritas. Pendidikan tinggi seharusnya mampu menyeimbangkan aspek intelektual, spiritual, dan emosional, namun sering kali perguruan tinggi gagal mencapai keseimbangan tersebut. Oleh karena itu, perlu ada desain yang mengintegrasikan berbagai ilmu dengan nilai-nilai agama untuk menciptakan generasi yang tidak hanya unggul dalam keilmuan tetapi juga memiliki karakter yang baik.
Perkembangan ilmu pengetahuan dari zaman tradisional menuju modern telah menggeser posisi Al-Qur’an sebagai sumber ilmu, dan memunculkan pemikiran sekuler yang memisahkan agama dan sains. Hal ini menyebabkan hilangnya perspektif agama dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, perguruan tinggi perlu mengembangkan paradigma keilmuan integratif yang menggabungkan temuan ilmiah dengan wahyu Tuhan, dengan tujuan membangun ilmu pengetahuan yang lebih holistik dan bermanfaat bagi umat manusia.
Amin Abdullah mengemukakan lima level implementasi integrasi keilmuan di perguruan tinggi:
- Level Filosofis: Membangun sistem budaya akademik yang memadukan sains dan agama.
- Level Teologis: Memperkenalkan konsep manusia sebagai khalifah di bumi dan mengintegrasikan wahyu dengan studi alam.
- Level Epistemologis: Menerapkan pandangan agama dalam pengembangan sains dan metode ilmiah.
- Level Praktis: Menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan perguruan tinggi, termasuk penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
- Level Sosial: Dampak langsung dari integrasi ilmu dan agama pada masyarakat, sehingga perguruan tinggi dapat mencetak lulusan yang tidak hanya cerdas secara akademik tetapi juga peduli terhadap masalah sosial dan lingkungan.
Integrasi keilmuan dan Islam sangat penting untuk menghasilkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang dunia dan kehidupan. Perguruan tinggi perlu mengembangkan pendidikan berbasis integrasi keilmuan, yang tidak hanya menghasilkan lulusan cerdas secara akademik tetapi juga memiliki moralitas yang kuat dan karakter yang baik. Integrasi ilmu dan Islam akan membantu menciptakan ilmuwan yang tidak hanya terampil dalam bidangnya, tetapi juga peduli terhadap kesejahteraan umat manusia dan kelestarian alam. Oleh karena itu, perguruan tinggi harus terus mengembangkan model pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan prinsip etika untuk menghasilkan generasi yang bermanfaat bagi masyarakat. (admin)