Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam Berwawasan Sains Dan Teknologi (Telaah QS AL `Alaq Ayat 1-5) Bagian 1
Pandemi covid 19 telah membuat wajah dunia berubah dengan sangat cepat. Berbagai bentuk perubahan sosial yang terjadi dimasyarakat membuat semakin lengkap membumbui era disrupsi yang sedang melanda kehidupan sosial masyarakat post-modern dewasa ini. Perubahan sosial yang terjadi dimasyarakat ini kemudian membawa dampak psikologis yang dapat berimbas terhadap proses kelangsungan hidup manusia. Berbagai pendapat dan spekulasi yang dilontarkan oleh para tokoh serta para ahli, seakan timbul dan berkembang dimasyarakat dengan tanpa dilandasi pemahaman yang kuat mengenai hal tersebut.
Pandangan masyarakat yang diakibatkan oleh penyataan dari para tokoh, baik agama maupun ahli Kesehatan, seakan berkembang menjadi sebuah pandangan liar bahkan memperumit penanganan Pandemi Covid 19. Pandangan tersebut antara lain yang menganggap remeh pandemi dengan terus mengkampanyekan slogan “Jangan takut corona, takutlah hanya kepada Allah semata”. Slogan tersebut terkesan benar karena sangat kental dengan nuansa subjektifitas keagamaan, namun dapat berefek pada meremehkan aturan protokol Kesehatan bagi masyarakat awam. Lebih parah lagi, ada Sebagian anggapan dari masyarakat kita bahwa covid 19 ini hanyalah konspirasi elite global untuk memuluskan rencana mereka dalam membuat tatanan dunia baru atau yang lebih dikenal dengan “The New World Order”.
Pada sisi yang lain, para ahli epidemilogi dan Kesehatan yang kadung terlalu mendewakan ilmu pengetahuan, seringkali membuat rumit persoalan penangan Covid ini. Mereka banyak menegasikan seluruh aspek spiritualitas keagamaan masyarakat dalam menanggulangi wabah Covid. Banyak diantara ahli Kesehatan “sekuler” menganggap penggunaan herbal serta ritual spiritualitas beragama masyarakat seperti dzikir, membaca Al Qur`an, shalat malam dan lain-sebagainya, sebagai kegiatan yang tidak berpengaruh dalam proses penyembuhan bagi penderita Covid 19.
Melihat fenomena yang terjadi, seakan memberi gambaran pada kita semua, di zaman yang sudah memasuki Post-Modernisme seperti ini, masih nampak kuat ketegangan hubungan antara Agama dan Sains serta Teknologi. Menurut Ian G Barbour hubungan agama dengan sains ini dapat diklasifikasikan menjadi empat corak, yakni konflik, independensi, dialog dan integrasi. Melihat fenomena yang terjadi belakang ini, maka kecenderungan hubungan agama dan Sains masih dalam klasifikasi konflik dan independensi. Seyogyanya hubungan ini sudah masuk pada ranah dialog dan integrasi, bahkan Amin Abdullah membuat konsep mengenai hubungan agama dan sains dengan istilah integrasi-interkonektif.
Dunia Pendidikan dan dakwah memiliki peran yang penting dalam merealiasasikan hubungan harmonis antara agama dan sains. Untuk itu, penerapan kurikulum yang tepat menjadi hal mendasar yang semestinya dilakukan di dunia Pendidikan kita. Pertanyaan mendasar dari persoalan ini adalah apakah ada legalitas formal dalam teks Qur`an yang mendukung terwujudnya hubungan harmonis antara Agama dan Sains? Dan bagaimana semestinya dunia Pendidikan Islam mengimplementasikan pelaksanaan proses pembelajaran sehingga terwujud insan kamil yang terpatri dalam jiwa mereka pemahaman integral antara subyektifitas agama dengan obyektifitas sains? berlanjut. (admin)